Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Mengenal Badai Matahari: Proses dan Kapan Terjadinya

Badai merupakan cuaca ekstrem, di Bumi kita mengenal badai hujan es, salju, hingga pasir. Namun, ternyata badai juga dapat terjadi di Matahari.

Jadi, Matahari yang kita anggap sebagai cahaya terang yang konstan atau tidak pernah berubah, kenyataannya adalah Matahari merupakan bola gas cair yang sangat besar dan terus berubah.

Badai Matahari

Badai Matahari juga dikenal sebagai badai geomagnetik adalah gangguan pada Matahari yang dapat memancar keluar melintasi heliosfer, sehingga mempengaruhi seluruh Tata Surya, termasuk Bumi dan magnetosfernya.

Menurut jpl.nasa.gov, badai Matahari dapat dibedakan menjadi 2, yaitu berulang dan tidak berulang.

Badai yang berulang, sesuai dengan rotasi Matahari, terjadi setiap 27 hari. Hal ini dipicu oleh pertemuan Bumi dengan IMF yang mengarah ke selatan, ketika wilayah bertekanan tinggi terbentuk oleh interaksi aliran angin Matahari berkecepatan rendah dan tinggi yang berputar bersama dengan Matahari. Badai yang berulang ini paling sering terjadi selama periode minimum Matahari, fase penurunan siklus Matahari.

Badai yang tidak berulang sering terjadi pada saat Matahari maksimum, ketika siklus Matahari berada pada puncak yang tinggi. Badai ini disebabkan oleh coronal mass ejections (CME) atau lontaran massa korona (kumpulan partikel bermuatan) dan biasanya pertemuan CME dengan gelombang kejut antarplanet.

NASA juga menjelaskan meskipun magnetosfer Bumi membelokkan sebagian besar aktivitas Matahari yang dibawa oleh angin Matahari, beberapa partikel bermuatan merembes masuk.

Partikel-partikel energik ini menyebabkan gangguan magnetik, yang diklasifikasikan sebagai badai geomagnetik. Badai ini bisa jadi indah dan tidak berbahaya, seperti halnya fenomena alam cahaya aurora. Namun, itu juga dapat menimbulkan dampak buruk, yaitu menyebabkan cuaca luar angkasa yang buruk.