Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Luar Biasa! Ilmuwan NASA Temukan Air di Bulan Lebih Banyak

Awal mula NASA temukan air di Bulan terjadi pada akhir tahun 2000-an, sejumlah misi termasuk Chandrayaan-1 dari Organisasi Riset Antariksa India, Cassini dan Deep Impact dari NASA mendeteksi hidrasi di permukaan Bulan.

Akan tetapi, misi ini tidak dapat atau belum jelas untuk menentukan apakah sinyal yang dideteksi di Bulan itu adalah hidroksil (OH) atau air (H2O).

Sejak itu, banyak misi telah melakukan pendeteksian serupa, termasuk misi Lunar Reconnaissance Orbiter dan LCROSS (Lunar Crater Observation and Sensing Satellite).

Sebagian besar sinyal berasal dari daerah gelap permanen, yaitu kawah di kutub Bulan yang tidak pernah tersinari sinar Matahari. Area ini sangat dingin sehingga air di dalamnya terperangkap dan tidak dapat menguap.

Pada tahun 2019, data dari misi LADEE (Lunar Atmosphere and Dust Environment Explorer) mengungkapkan bahwa OH dan atau H2O ada di Bulan, tepatnya berada di luar wilayah bayangan permanen, di mana air ini kemungkinan dikeluarkan melalui tumbukan dengan mikrometeorit.

Baca Juga: Neil Armstrong Manusia Pertama di Bulan dan Misi Apollo 11

Penemuan Lebih Banyak Air di Belahan Selatan Bulan Oleh SOFIA

Pada tahun 2020, para peneliti yang menggunakan teleskop SOFIA (Stratospheric Observatory for Infrared Astronomy) mengumumkan untuk pertama kalinya bahwa mereka telah menemukan air di permukaan Bulan di bagian yang diterangi Matahari.

Dengan demikian, sekarang mereka (para ilmuwan) telah mengkonfirmasi bahwa di Bulan memang terdapat air dan dengan lebih banyak lagi bukti ditemukan.

Penemuan ini menunjukkan bahwa air dapat didistribusikan ke seluruh permukaan Bulan, dan tidak terbatas pada tempat yang dingin dan gelap.

Air di Bulan
(Ilustrasi penemuan air di Bulan - Credits: NASA/Daniel Rutter)

SOFIA telah mendeteksi molekul air (H2O) di kawah Clavius, yaitu salah satu kawah terbesar yang terlihat dari Bumi, terletak di belahan selatan Bulan.

Pengamatan sebelumnya terhadap permukaan Bulan mendeteksi beberapa bentuk hidrogen, tetapi tidak dapat membedakan antara air dan bahan kimia terdekatnya, seperti hidroksil (OH).

Data dari lokasi ini mengungkapkan air dalam konsentrasi 100 hingga 412 bagian per juta, atau kira-kira setara dengan sebotol air 12 ons yang terperangkap dalam satu meter kubik tanah yang tersebar di permukaan Bulan. Hasil dari penemuan ini dipublikasikan dalam edisi terbaru Nature Astronomy.

Sebagai perbandingan, gurun Sahara memiliki 100 kali lebih banyak air daripada yang terdeteksi teleskop SOFIA di tanah Bulan. Meskipun jumlahnya kecil, penemuan itu menimbulkan pertanyaan baru tentang bagaimana air tercipta dan bagaimana air itu bertahan di permukaan Bulan yang keras dan tak berangin.

Air adalah sumber daya yang berharga di luar angkasa dan bahan utama kehidupan seperti yang kita kenal. Apakah air yang ditemukan SOFIA mudah diakses untuk digunakan sebagai sumber kehidupan? Itu masih harus diteliti lebih jauh lagi.

Di bawah program Artemis NASA, agensi tersebut sangat ingin mempelajari semua yang dapat dilakukan tentang keberadaan air di Bulan sebelum mengirim wanita pertama dan pria berikutnya ke permukaan Bulan pada tahun 2024 dan membangun kehadiran manusia yang berkelanjutan di sana.

Bagaimana Bisa Terdapat Air di Bulan?

Beberapa teori telah mengungkapkan tentang adanya air di Bulan. Di antaranya adalah mikrometeorit yang menghujani permukaan Bulan, membawa sejumlah kecil air, dan mengendapkan air di permukaan bulan saat tumbukan.

Kemungkinan lain adalah mungkin ada proses dua langkah di mana angin Matahari mengirimkan hidrogen ke permukaan Bulan dan menyebabkan reaksi kimia dengan mineral pembawa oksigen di dalam tanah untuk menghasilkan hidroksil.

Sementara itu, radiasi dari tumbukkan mikrometeorit dapat mengubah hidroksil tersebut menjadi air.

Hal menarik lainnya adalah bagaimana air kemudian disimpan atau tidak menguap sehingga memungkinkan untuk terakumulasi.

Air bisa terperangkap ke dalam struktur kecil seperti manik-manik di dalam tanah yang terbentuk dari panas tinggi yang diciptakan oleh tumbukan mikrometeorit.

Kemungkinan lain adalah bahwa air dapat disimpan di antara butiran tanah Bulan dan terlindung dari sinar Matahari.

Baca Juga: Mengenal Inframerah dan Pemanfaatannya dalam Mempelajari Luar Angkasa

Sekilas tentang Teleskop SOFIA

Teleskop SOFIA menawarkan cara baru untuk melihat Bulan. Terbang di ketinggian hingga 45.000 kaki, pesawat jet Boeing 747SP yang dimodifikasi dengan teleskop berdiameter 106 inci ini mencapai di atas 99% uap air di atmosfer Bumi untuk mendapatkan pandangan yang lebih jelas tentang alam semesta inframerah.

Dengan menggunakan Faint Object infraRed CAmera for the SOFIA Telescope (FORCAST), SOFIA mampu mengambil panjang gelombang spesifik yang unik untuk molekul air, pada 6,1 mikron, dan menemukan konsentrasi yang relatif mengejutkan di kawah Clavius yang cerah.

SOFIA adalah proyek bersama NASA dan German Aerospace Center. Ames (pusat penelitian besar milik NASA) mengelola program SOFIA, sains, dan operasi misi.

Bekerja sama dengan Universities Space Research Association yang berkantor pusat di Maryland dan Institut SOFIA Jerman di Universitas Stuttgart.

Pesawat ini dirawat dan dioperasikan oleh Armstrong Flight Research Center Building 703 NASA, di Palmdale, California. Namun, SOFIA telah dipensiunkan pada 29 September 2022.


Referensi:

  • https://moon.nasa.gov/news/155/theres-water-on-the-moon/
  • https://www.nasa.gov/press-release/nasa-s-sofia-discovers-water-on-sunlit-surface-of-moon
  • https://blogs.nasa.gov/sofia/2022/08/26/sofia-finds-more-water-in-the-moons-southern-hemisphere/#:~:text=In%202020%2C%20researchers%20using%20the,sunlit%20surface%20of%20the%20Moon.